Sejak awal kehidupannya, anak-anak cenderung menunjukkan ketertarikannya pada binatang. Dunia binatang juga kerap menjadi media paling ampuh bagi orangtua untuk berkomunikasi dengan anak. Lihat saja bayi yang suka bermain dengan mainan binatang atau mendengarkan cerita mengenai Si Kancil, atau Si Itik Buruk Rupa.
Ketika anak menginjak usia 2-3 tahun, anak mengembangkan kemampuan kognitifnya untuk fokus pada karakteristik binatang dalam kehidupan nyata, dan semakin tertarik untuk berinteraksi dengan binatang. Selain karena suara dan gerakan spontan yang dilakukan binatang, anak-anak juga dapat menemukan bahwa dalam beberapa hal, binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Sekaligus perbedaan-perbedaannya.
“Anak memang senang dengan binatang,” kata Mohammad Rizal Psi, Psikolog Perkembangan Anak dari Lembaga Psikologi Terapan UI. Menurutnya hal lebih disebabkan oleh karena anak merasa bahwa binatang adalah sesuatu yang menyenangkan untuk diajak bermain. “Anak senang bermain dan butuh mainan, dan salah satu “mainan” yang bisa dimainkan adalah binatang. Apalagi binatang bisa memberikan reaksi saat diajak bermain,” katanya menjelaskan. Ada juga yang berpendapat, tambah Rizal, anak-anak bisa menempatkan binatang dalam posisi yang lebih inferior, sehingga mereka dapat lebih leluasa menyalurkan keinginannya pada binatang.
Namun, jika anak menyatakan keinginannya untuk memelihara hewan, Rizal menyarakankan agar orangtua melihat dulu, hewan apa yang diinginkan oleh anak. ”Bila tidak membahayakan anak, serta memang mudah untuk dirawat, tidak ada salahnya membiarkan anak untuk belajar memelihara binatang,” katanya. Apalagi, memelihara hewan ternyata bisa memberikan banyak manfaat bagi si kecil.
Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
Mengembangkan kemampuan kognitif anak
Penelitian yang dilakukan Bob Poresky, sosiolog dari Kansas State University, Amerika Serikat, pada tahun 1988 menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif anak dapat meningkat dengan memiliki hewan peliharaan. Menurut Poresky, jenis-jenis hewan peliharaan yang dapat merespon sikap anak – misalnya anjing atau kucing – cenderung akan meningkatkan intelejensi anak. Dikatakannya, semakin dekat hubungan anak dengan hewan peliharaannya tersebut, maka akan semakin baik kemampuan anak untuk melihat dunia dari sudut pandang binatang peliharaannya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan kognitif anak yang kemudian berdampak pula pada intelejensianya.
Menambahkan Poresky, Rizal mengatakan bahwa melalui peliharaannya, anak balita misalnya, bisa belajar aneka bentuk serta mengidentifikasi anggota-anggota tubuh pada hewan, seperti kepala, badan, ekor, paruh, sayap dan lain sebagainya. Selain itu, anak juga bisa mengenal lebih dekat bagaimana kehidupan hewan, bagaimana mereka bersuara, bergerak, makan, minum, dan lain-lain. Tak hanya itu, belajar berhitung pun bisa lebih menyenangkan bagi anak-anak jika memanfaatkan hewan sebagai sarananya.
Misalnya, mintalah si kecil untuk menghitung berapa kaki Si Doggie, atau berapa kali dia bisa menangkap bola yang dilempar ke arahnya. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan analisisnya, anak juga bisa melakukan observasi untuk menemukan dalam hal apa saja hewan peliharaannya sama dengan manusia, dan hal-hal apa saja yang membuatnya berbeda dengan manusia atau hewan lainnya.
Belajar empati
Ada kecenderungan anak-anak suka memperlakukan hewan dengan cara yang salah, misalnya menarik-narik buntut anjing atau telinga kucing dan lain sebagainya. Tetapi pengalamanDrh.Tjut Nurmaini, memperlihatkan bahwa anak yang mempunyai hewan peliharaan cenderung punya empati yang lebih besar, dan cenderung tidak kasar. ”Yang tidak punya peliharaan akan dengan semaunya menangkap capung, misalnya, dan kemudian menggenggamnya dalam tangannya. Ini terjadi karena anak itu tidak bisa mengukur, seberapa besar kekuatan genggamannya. Ia melakukannya tanpa perhitungan. Nah, anak yang mempunyai binatang peliharaan, pasti akan merasa miris melihatnya,” urainya.
Belajar bertanggung jawab
Menurut Rizal, ”Memelihara hewan juga adalah bentuk tanggung jawab sederhana terhadap sesuai yang disukai, dalam hal ini binatang.” Seperti layaknya manusia, hewan juga adalah makhluk hidup yang butuh makan dan minum. Latihlah si kecil untuk bertanggungjawab dengan meminta mengurus kebutuhan tersebut bagi binatang peliharaan. Ingatkan juga akan akibat yang mungkin terjadi seperti sakit atau mati, jika ia lalai dalam memberi makan dan minum.
Menghilangkan stres
Tjut yang juga penyayang binatang itu, mengatakan bahwa hewan peliharaan dapat membantu anak menghilangkan stres. “Dengan melihat tingkahnya yang lucu ketika diajak bermain, saya bisa tertawa,” kata dokter yang sudah menganggap kucing-kucing peliharaannya sebagai anggota keluarganya sendiri. Bahkan sebuah penelitian menyebutkan bahwa kehadiran anjing peliharaan, dapat mengurangi stres anak yang sedang ujian. Penelitian Ann Ottney Cain, seorang profesor Psychiatric Nursing, pada tahun 1985, juga menemukan bahwa 70% keluarga yang disurvei melaporkan bahwa kebahagiaan dan keceriaan anggota keluarganya meningkat dengan kehadiran hewan peliharaan di tengah keluarga mereka.
Dampak Kesehatan
Banyak orang yang ragu memelihara hewan karena dikhawatirkan dapat memberikan dampak negatif dari segi kesehatan, misalnya menularkan penyakit tertentu. Menurut Tjut, “Kalau kita bicara hewan peliharaan, biasanya mereka rutin dibawa ke dokter oleh pemiliknya. Jangankan sakit, kalau hewan peliharaannya tidak mau makan saja, pemiliknya sudah membawanya ke dokter,” tambahnya lagi. Jadi masalah kesehatan hewan peliharaan relatif lebih terjamin.
Selain itu, Tjut mengatakan, dampak negatif kesehatan yang ditimbulkan dari hewan sebenarnya bisa dicegah dengan prosedur kebersihan standar yang sudah diketahui anak dari sekolah, yaitu mencuci tangan sesudah memegang-megang hewan peliharaan. “Jangankan sesudah pegang hewan kesayangan, pergi dari mana-mana pun, kita selalu diajarkan cuci tangan. Nah, itu metode pertama,” katanya.
Kalaupun sehabis memegang kucing, kemudian langsung makan, Tjut juga belum menemukan hasil yang signifikan, pemilik hewan langsung terkena toksoplasma, misalnya. Menurutnya, masalah kesehatan lebih disebabkan oleh apa yang dimakan. Ia mencontohkan, toksoplasma itu bukan dari hewan peliharaan, tetapi karena memakan makanan setengah matang seperti sate kambing ataupun sayuran mentah. Ia pun kurang setuju bila dikatakan bahwa binatang peliharaan merupakan sumber penyakit utama bagi anak, terutama bagi penderita alergi. Penelitian justru menunjukkan bahwa hewan peliharaan bisa memberikan manfaat positif dari segi kesehatan.
Dalam penelitian yang dipublikasikan Journal of Allergic and Clinical Immunology tahun 2003, ahli alergi Thomas Platts-Mills, MD, PhD dari University of Virginia, menemukan bahwa semakin dini usia anak (idealnya selama dua tahun pertama) dan semakin lama memiliki hewan peliharaan, makin kecil frekuensi anak mengalami alergi pada tahun-tahun selanjutnya. Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa bayi yang di dalam rumahnya terdapat dua atau lebih kucing, justru berpeluang terkurangi resiko perkembangan jenis alerginya.
Anak-anak dengan alergi, bila tidak ditangani dengan baik sejak dini, pada umumnya jenis alerginya akan berkembang sesuai peningkatan usianya. Anak alergi yang memiliki hewan peliharaan, kemungkinan alerginya akan berkembang menjadi bermacam-macam jenis alergi, malah berkurang 77% dibandingkan dengan anak alergi yang tidak mempunyai hewan peliharaan. Kedua penelitian tersebut membantah keyakinan sebelumnya bahwa eksposur anak terhadap hewan peliharaan di masa kecil dapat meningkatkan risiko berkembangnya alergi.
Selain itu, penelitian lain di tahun 1990 menemukan bahwa pemilik hewan peliharaan hanya mempunyai masalah kesehatan yang lebih sedikit, itupun masalah-masalah dalam kategori ringan. Dari segi kesehatan fisik, pemilik hewan peliharaan juga mempunyai kondisi yang lebih baik, bila dihubungkan dengan seringnya mereka melakukan olahraga bersama hewan peliharaannya. Dari sisi kesehatan mental, sebuah riset juga menemukan bahwa pemilik hewan peliharaan juga memiliki kondisi psikologis yang lebih baik. Ditemukan juga, hewan peliharaan dapat mengurangi rasa sepi dan rasa terasing pemiliknya.
my pet shop mojokerto
BalasHapus